Rabu, 29 Juli 2009

Solo Touring

Menjelang ulang tahun kelima si Blackironhorse dibawa jalan ke Bandung. Berangkat lewat jalur Jonggol, dan pulangnya lewat jalur Purwakarta. Perjalanan dimulai Sabtu, 25 Juli 2009 jam 09.30 WIB. Jalur yang dilewati adalah Jalan Raya Condet. Di jalan raya Conder berhenti di SPBU dekat kantor pos Condet. Kemudian lewat Jalan Raya TB. Simatupang. Sampai perempatan Pasar Rebo belok ke arah Jalan Raya Bogor, kemudian belok ke arah Cibubur, lupa nama jalannya. Secara umum jalur sampai Cibubur agak padat, maklum hari itu adalah Sabtu. Banyak orang yang pergi berlibur, terutama ke arah selatan (Bogor dan sekitarnya).

Sebenarnya perjalanan ini tidak direncanakan. Malam Sabtu, saya sempat bilang ke istri bahwa ada keinginan untuk pergi ke Bandung dengan mengendarai motor. Saat itu sempat tidak diizinkan. “Boleh, tapi pake bis”. Wah, kalau pake bis mah sama aja atuh. Kan tujuannya adalah silaturrahmi sekalian rekreasi dengan menikmati jalan dan pemandangan yang dilewati.

Sabtu pagi, tiba-tiba keinginan itu muncul lagi. Sekali lagi bilang ke istri, boleh ga pergi ke Bandung pake motor. Setelah hampir dua jam, akhirnya istri mengizinkan, “tapi harus hati-hati dan jangan ngebut” katanya. Sip. Akhirnya motor, perlengkapan dan pakaian ganti disiapkan. Tapi tunggu, ternyata isrti tersayang juga sibuk menyiapkan oleh-oleh untuk dibawa ke Bandung. Mmm… kue pukis, kue Lumpur, dan bolu kukus. Sip. Setelah mandi, semua di pack di atas motor. Makanan dan oleh-oleh special untuk Ibunda tersayang dimasukkan ke dalam box; jas hujan, toolkit, dan air minum masuk side bag; baju air minum yang lain masuk ke dalam tas yang ditaruh di atas jok motor.

Ternyata banyak juga bawaannya. Sebelum berangkat, sebenarnya agak ragu, karena kondisi motor yang kurang fit, ditambah kondisi badan juga agak kurang fit. Kepala agak sedikit pusing. Tapi karena sudah lama tidak mengendarai motor jarak jauh sejak kecelakaan pada Agustus 2007, keinginan untuk solo touring itu sangat kuat. Sekitar tiga hari sebelum berangkat, motor sering seperti over heat atau keabisan bensin, ndut-ndutan gitu, terutama setelah motor berlari lebih kurang 80 km/jam dengan jarak sekitar 5 atau 6 km. Aneh… padahal baru diservis dan ganti oli. O. ya, waktu ganti oli, mekaniknya lupa masang tutup oli yang dibawah, jadi waktu oli dituang, olinya keluar lagi. Lucu juga, baru kali pertama kejadian seperti ini. Lalu oli yang terbuang coba ditampung pake wadah bekas oli lain. Kemudian, karena oli yang baru ada yang terbuang, maka ditambahkan oli lagi. Nah ada kecurigaan, waktu ditambah oli, mungkin olinya kebanyakan (lebih dari 1 liter). Karena, kalo ga salah, kalo olinya kebanyakan, mesin jadi cepat panas.Benar saja, ketika hampir mendekati daerah Jonggol, motor jadi ndut-ndutan lagi. Akhirnya berhenti, tentunya di tempat yang aman dan pemandangan yang cukup indah. Tidak lupa ambil foto. Setelah lebih kurang lima menit, jalan lagi, dan alhamdulillah lancar. Tapi…. Setelah berjalan lebih kurang 15 menit “kebiasaan baru” itu terulang lagi. Akhirnya berhenti lagi. Kali ini berhenti di dekat warung. Kecurigaan beralih ke adanya kandungan air di dalam tanki, karena si blackironhorse ini sejak dibeli pada Oktober 2004 belum pernah dikuras. Selain itu, perjalanan selama 15 menit dengan tidak terlalu cepat seharusnya tidak membuat mesin cepat panas. O ya… posisi kran bensin selalu dalam keadaan res. Dugaan saat itu ada air yang masuk ke dalam karburator, dan menyebabkan pembakaran tidak sempurna.


Setelah berhenti, buka sarung tangan, buka helm, buka masker, buka jaket, dan terakhir buka pelindung siku. Kaos mulai basah dengan keringat. Mulailah membuka fairing sebelah kiri. Coba atur selang bensin, Karena ada dugaan juga selang bensin yang agak menekuk membuat aliran bensin tidak lancar. Setelah itu, kran bensin diputar ke posisi on. Dengan harapan besin yang mengalir ke karburator adalah bukan dari dasar tanki yang diduga mengandung air. Setelah selesai, tutup kembali fairing. Tidak lupa pekerjaan ini diakhiri dengan minum air yang memang kondisi saat cukup panas.

Mulailah pake pelindung siku, pakai jaket, pake masker, pakai helm, dan terakhir sarung tangan. Lima menit berlalu, 10 menit, 20 menit, eh…. “kebiasaan baru” itu tidak terulang. Wah benar nih, kalau begitu, ada air di dalam tanki. Karena sejak posisi kran bensin di on motor tidak ada masalah. Sip, tetapi tunggu, teratasinya masalah ini bukan berarti perjalanan tidak mendapat hambatan. Jalan jonggol ternyata banyak ruas yang rusak parah.

Pemandangannya sangat indah dengan hamparan sawah, mm..........

P

Dalam perjalanan Jonggol ke Cianjur berhenti beberapa kali, tidak lupa si blackrironhorse difoto dulu. Sampai di Ciranjang gerimis mulai turun. Tapi karena tidak kunjung hujan, diputuskan tidak usah berhenti dan tidak usah pakai jas hujan. Jalan terus. Tetapi ini malah menjadi keasikan tersendiri. Pernalanan jadi tidak mototon dan tidak membt ngantuk. Karena pada jalan rusak jadi terasa off road.

Menjelang Padalarang badan mulai terasa lelah. Jika sebelumnya berhenti karena ada masalah atau hanya sekadar menikmati pemandangan. Nah berhenti di tempat ini benar-benar karena sudah lelah. Berhenti di tempat ini cuma buka sarung tangan, helm dan masker. Lalu ambl air minum. Minum sepuasnya agar hausnya hilang. O ya, kan istri berpesan, “kalo lapar, kua lumpurnya makan aja”, ya udah, buka tas, lalu ambil satu kue, dan makan. Mmmm.

Setelah lebih kurang 15 menit. Mulai siap-siap meneruskan perjalanan, pake masker, helm lalu sarung tangan. Yes, badan sudah fit, sakit kepala yang dirasakan tadi pagi telah hilang. Di sepanjang perjalanan terus-menerus membaca Subhanallah, karena perjalanan ini sungguh membuat hati riang. Maklum sudah dua tahun tidak pernah jalan jauh lagi.

Masuk padalarang, jalur mulai padat, dan banyak sekali truk, sehingga perjalalan mulai melambat. Tapi sabar, ingat kata istri “hati-hati dan jangan ngebut”, Berbeda dengan perjalalan sekitar 2004, 2005 dan 2006, terutama sebelum menikah. Inginnya ngebut terus. Kalo ada truk atau bis yang menghalangi, tancap gas, lalu susul. Dulu sepertinya ga ada rasa takut. Tapi sekarang… ngga ah…… takut…….

Situ Ciburuy yang "laukna hese dipancing"

Sampai di Ciburuy berhenti sebentar, minum lalu ambil foto. Masuk Cimareme, hati semakin senang, wah akhirnya sampai juga. Eh… ternyata kok lama juga sampai rumah kakak di Bandung yang menjadi tujaun perjalalan kali ini. Mungkin karena sudah mulai cape, jadi jarak lebih kurang 20 km terasa jauh sekali. Setelah melewati Kota Cimahi, jam digital yang ada dekat speedometer mati. Akhirnya berhenti lagi untuk sekadar mengecek. Oh, ternyata baterainya goyang setelah motor melewati lubang. Setelah dibetulkan, jalan lagi. Wah, akhirnya sampai di Jalan Soekarno-Hatta. Sampai teriaku……… padahal perjalanan harus melewati Caringin, perempatan Kopo, Perempatan Cibaduyut-Leuwipanjang, dan Perempatan Cigereleng. Nah rumah kakak ada di jalan Mengger Girang, sekitar 200 m dari perempatan Cigereleng.

Sampai di rumah jam 15.30. orangtua tercinta sudah menunggu di teras rumah. Mereka baru lima hari di Bandung, setelah hari senin, 20 Juli 2009 dijemput kakak saya dari Lampung. Wah… lega sekali, kerinduan terobati, hati ini juga puas. Rasa lelah serasa hilang begitu saja.

Tapi sayang, hari senin, 27 Juli 2009 harus kembali bekerja. Jadi kesokan harinya sudah harus bergegas pulang ke Jakarta. Tetapi belum diputuskan jalur mana yang akan dilewati. Yang jelas tidak akan menggunakan jalur Jonggol lagi. Harus jalur lain. Pilihannya, jalur Sukabumi, Subang-Purwakarta, atau Padalarang-Purwakarta.

Malamnya, saya coba cerita pada kakak saya mengenai keadaan motor saya. Akhirnya direncanakan besok pagi tanki motor akan dikuras. Setelah pagi menjelang, mulailah si blackironhorse dioperasi. Buka fairing kiri kanan, bukan tutup aki, buka tutup filter, buka jok, cabut selang bensin, dan cabut kabel indikator bensin. Setelah tanki terlepas, coba diguncang-guncangkan sebentar, dengan harapan kotoran di dasar tangki akan terangkat. Setelah itu, besin dikeluarkan dan dimakukkan ke dalam jerigen. Tapi sebelumnya dimasukan ke dalam botol aqua dulu. Tapi aneh, warna bensin tetap biru dan tetap jernih. Tidak tampak ada kotoran dan air di dalamnya. Kemudian tangki dikocok-kocok lagi, dan bensin dikeluarkan. Hasilnya tetap sama. Aneh… padahal menurut teman-teman di milis HMPC tangki megapro jika sudah lama tidak dikuras akan sangat kotor, bahkan bensin di dalamnya menjadi seperti lumpur.

Lihat tuh, bensinnya masih berwarna biru jernih, padahal sudah dikocok-kocok, bahkan bensin yang ada dalam baskom sudah dijadikan "cairan pencuci". Kotorannya mengendam di pangkal fileter yang berbentuk batang.

Kemudian buka kran bensin, dan ternyata pada filter yang berbentuk batang berwarna kuning tua sepanjang sekitar 15 cm terdapat endapat kotoran. Tapi kotoran ini seperti pasir dan bubuk besi. Jadi jika bercampur bensin, tidak membuat bensin keruh, karena butirannya cukup besar. Setelah kotoran ini dibuang, filter dipasang kembali, dan kran dipasang pada tanki.

Nah sebelum tanki dipasang, bensin yang berada dalam jerigen dimasukan kembali ke dalam tanki. Sementara bensin yang berada di dalam baskom digunakan untuk membersihkan bagian-bagian motor dan bagian dasar tanki yang kotor. Sambil menyelam minum air gitu.

Setelah semuanya dipasang,lalu coba dihidupkan. Dan ternyata lancer …….. alhamdulillah …….. setelah itu siap-siap, packing barang-barang. Berharap perjalanan pulang kali ini lebih ringan. Tapi…… ternyata oleh-oleh yang dibawa ke Jakarta tidak kalah banyak saat berangkat. Wah.. ini menjadi perjalanan yang cukup seru. Sebelum berangkat, saat sarapan, saat pake baju, saat pake sepatu, masih menimbang-nimbang untuk memilih jalur yang akan diambil. Karena belum juga ada keputusan, ya sudah berangkat saja, keputusan nanti saja sambil jalan.

Setelah pamit pada orangtua dan semua keluarga yang saya cintai. Mulailah mengenakan perlengkapan seperti biasa. Karena bensin di dalam tanki berkurang, begitu sampai perempatan Cigereleng belok ke arah selatan, isi bensin dulu di SPBU dekat jalan tol Padaleunyi. Setelah itu perjalanan dimulai. Setelah hampir sampai di Cimareme, baru ada keputusan untuk mengambil jalur Padalarang (Tagogapu) ke arah Purwakarta.

Setelah melewati kepadatan Cimareme, kemudian belok ke kanan ke arah Tagog Apu. Aduh di sini macet sekali. Tetapi setelah itu….. mmmmmm… jalur kosong, jalanan aspal cukup bagus. Aduh senanngnya. Baru beberapa menit berjalan, karena pemandangan cukup indah, akhirnya diputuskan untuk berhenti. Tidak lupa mengambil kamera untuk mengabadikan momen ini. Setelah itu…… wah….. jalannya luar bisa, berliku dan bagus. Kendaraan tidak begitu banyak. Ini adalah perjalanan yang sangat memuaskan….. alhamdulillah…. Setelah sekian lama…..

Setelah sekian lama menelusuri jalan berliku, akhirnya sampai di Kota Purwakarta. Kota yang relatif tenang daripada Bandung, apalagi Jakarta. Tidak jauh sebelum belok ke arah Cikampek, sempat berhenti dulu untuk istirahat. Kemudian berjalan-jalan sebentar di pusat kota. Sayang momen ini tidak sempat diabadikan, karena langsung menelusuri jalanan menuju arah Cikampek. Jalur kali ini sungguh berbeda dengan jalur sebelumnya. Jalur ke Cikampek melalui Sadang relatif lurus, tetapi masih nyaman, karena kondisi jalan yang baik.

Singkat cerita sampailah di jalur menuju Karawang. Oleh karena, tidak banyak yang bisa diceritakan di jalur ini. Sampai di Kota Karawang sempat berhenti sebentar, dan kali ini sempat ambil gambar dengan kamera kecilku dari kado pernikahan ku pada 2006 lalu. Ah, kamera jadul, tapi tidak apa. Setelah rasa lelah mulai hilang, perjalanan pun dilanjutkan menuju Bekasi. Nah, di jalur inilah rasa lelah begitu terasa, karena kondisi jalan yang kurang baik. Hampir sepanjang jalan banyak aspal yang ditambal, sehingga permukaannya tidak rata.

Tapi ada hikmanya. Selain laju motor tidak bisa kencang, juga banyak “bertemu” biker yang menuju Jakarta. Itu terlihat dari plat motor mereka. Hampir semua biker yang bertemu di jalan selalu membawa boncenger, minimal seorang. Tapi juga yang bertiga dengan anak mereka, bahkan bayi mereka. Ketika beristirahat di Kota Bekasi, ada juga biker yang sepertinya melakukan perjalanan jauh. Mereka berempat (bersama dua anak mereka). Luar biasa, saya yang hanya membawa beban “tidak bergerak” aja, harus berhenti untuk beristirahat beberapa kali.

O ya, waktu kecelakaan pada Agustus 2007, ibu jari kanan luka dalam cukup parah. Rasa sakit jika ditekuk ke dalam baru hilang dalam waktu hampir satu tahun. Nah waktu melalukan perjalanan kali ini, tangan kanan serasa terlalu cepat lelah menggenggam. Waktu berhenti di Kerawang, coba ibu jari tangan kanan diraba, terutama pada bagian yang pernah sakit. Dan ternyata, agak sakit, dan bunyi krek-krek di ruas kedua kambuh lagi. Oh… ternyata ini adalah luka dalam yang cukup parah.

Karena selelah melalui jalur Karawang-Bekasi yang membosankan, akhirnya sampai juga di Jakarta, hampir pukul 16.00. Rasa lelah serasa hilang, saat memasuki pagar rumah, istri dan putriku tercinta menyambutku dengan rasa kangen.

Inilah sedikit kisah perjalanan kali ini, walaupun Cuma 375 km, tetapi sangat memuaskan. Nanti, jika ada waktu, dan tentunya jika direstui istri, tentu akan ada kisah perjalanan yang lainnya.

2 komentar:

  1. Bunda jangan marah yah, karena ayah berangkat tanpa rencana. Tapi alhamdulillan kembali dengan selamat, walau di jalan banyak kendala. Tapi sungguh, ayah menikmati perjalanan kok.

    BalasHapus
  2. hello... hapi blogging... have a nice day! just visiting here....

    BalasHapus