Selasa, 14 April 2009

Air untuk Batavia

Tahukah anda bahwa Batavia pada abad XVII memerlukan air yang harus didatangkan dari luar Jawa? Ya, tidak tanggung-tanggung, air itu bukan didatangkan dari Sumatera, Bali, Madura, atau pulau-pulau lain yang berdekatan dengan Pulau Jawa, tetapi dari Pulau Banda Besar di Kepulauan Banda Neira. Dulu Pulau Banda Besar dikenal dengan nama Lontor.
Sejak Belanda dapat mengusir Portugis dari kepulauan ini, mereka banyak mendirikan bangunan bertahahan atau benteng. Salah satunya adalah Benteng Combir. Benteng ini tepatnya berada di Desa Lontor, Pulau Banda Besar, Kecamatan Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana akomidasi baga para pengunjung. Selain itu, bangunan ini juga berfgungsi sebagai pertahanan tambahan. Bangunan ini terdiri atas delapan sampai sepuluh ruang yang berukuran besar (hampir seperti ruang dansa). Lantainya terbuat dari campuran batu dan kapur, dan kadang-kadang dicampur dengan gula. Kemudian di upam, sehingga menyerupai marmer atau granit. Terasnya juga berukuran besar.
Combir adalah salah satu “Voorwal” yang memiliki aliran air yang dilengkapi redout yang memiliki nama yang sama. Sumur dibangun sebagai cadangan air saat musim kering. Pada 1663, Gubernur Joan van Dam mengambil inisiatif untuk membangun redout sebagai bangunan pertahanan untuk melindungi sumur ini. Pada 1664 satu “moat” dibangun dengan kedalaman 24 kaki di sekitar redout, dan enam meriam diletakkan di atasnya. Air itu dialirkan dengan menggunakan bambu ke kapal melalui pantai. Air itu sangat jenih dan segar. Setiap bulanya, berbarel-barel air dikirim ke Batavia untuk digunakan oleh gubernur jenderal dan keluargannya.
Saat ini Benteng Compir sudah hancur/tidak terlihat lagi, tetapi sumur yang cukup dalam dengan tembok yang tebal masih ada. Sumur ini sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar