Selasa, 07 April 2009

Samurai untuk Kompeni: Sekilas tentang Benteng Nassau di Pulau Neira

Pada 1607 di atas pondasi benteng Portugis kuno dibangun benteng Nassau oleh Laksamana Belanda, Verhoeven. Benteng Nassau merupakan bangunan pertahanan pertama VOC di kepulauan Hindia Belanda (yang kemudian menjadi kepulauan Indonesia). Saat ini Benteng Nassau berada di Pulau Neira, Desa Nusantara, Kecamatan Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Pada 8 April 1609 Laksamana Pieterszoon Verhoeven tiba di Kepulauan Banda dengan 13 kapal mengangkut lebih kurang 1000 serdadu. Sebagian besar merupakan serdadu Belanda, dan sebagian lagi serdadu bayaran dari Jepang. Laksamana Verhoeven melakukan perundingan dengan Orang Kaya untuk membangun benteng dan pos perdagangan. Akan tetapi penduduk Kepulauan Banda (Pulau Neira) yang diwakili Orang Kaya (Orang kaya adalah gelar tradisional/etnis/kesukuan di Kepulauan Banda) menolak. Akibatnya Laksamana Verhoeven menggunakan kekerasan, sehingga pembangunan Benteng Nassau dapat dilaksanakan. Pembangunan benteng ini mulai dilaksanakan dengan menggunakan 700 serdadu dan memanfaatkan fondasi benteng Portugis yang tidak jadi dibangun.
Pelaksanaan pembangunan benteng ini sangat pesat, maka Orang Kaya menyarankan dilaksanakan perundingan. Perundingan pun dapat dilaksanakan pada 22 Mei 1609, namun berakhir dengan pertempuran yang menewaskan beberap puluh orang Belanda dan menawan beberapa yang hidup. Laksamana Verhoeven pun tewas. Kemudian diangkat laksamana baru yang bernama Simon Janszoon Hoen. Kemudian Ia mempercepat pembangunan benteng, karena diduga akan datang serangan lagi.
Awal Juli 1609 Laksamana Hoen mengadakan ekspedisi penghukuman dan penyerangan ke kampung-kampung yang berada di pantai. Ia menangkap dan membakar perahu-perahu serta merampas harta kekayaan penduduk. Karena keberhasilan ini, maka Belanda mulai mengirimkan satu pasukan yang terdiri atas sedadu dan pelaut untuk meyerang benteng penduduk di Salamme. Benteng ini dipertahankan dengan gagah berani. Akibatnya Belanda mengalami kekalahan dengan tewasnya 9 serdadu dan tujuh puluh orang lainnya luka berat.
Kemudian Laksamana Hoen mengubah taktik dengan memblokade pantai guna menghalangi masuknya bahan makanan. Akhirnya masyarakat Banda pun menyetujui dokumen hijum pada 13 Agustus 1609. Dokumen ini amat mengikat penduduk Banda. Mengira dengan hukum ini Belanda telah kuat, maka Laksamana Hoen pergi meninggalkan Kepulauan Banda dengan pasukan yang cukup untuk menjaga Benteng Nassau. Masih pada tahun yang sama, Gubernur Jenderal VOC, Pieter Both, kemudian memugar Benteng Nassau.
Pada 1612 ada catatan yang menyebutkan bahwa di Benteng Nassau terdapat 26 meriam, dan 48 bejana yang separuhnya berisi mesiu. Lima tahun kemudian, yaitu pada 1617, pamor Benteng ini tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Pada 8 Mei 1622 di Benteng Nassau terjadi pembantaian sejumlah Orang Kaya di Banda. Di sebelah dalam pagar benteng sejumlah orang tertuduh (terdiri atas orang kaya) diikat menjadi dua kelompok sesuai berat-ringannya tindak kejahatan yang telah mereka lakukan. Tak ada orang lain yang boleh masuk; lalu oleh 6 orang Jepang dengan pedang tajam, masing-masing dari para tahanan itu dibelah dua, kepala mereka dipenggal, tubuh mereka dipotong empat. Sebelum menemui ajalnya, salah seorang di antara para terhukum sempat bertanya, “Mijne Heeren, en isser dan geen genade?” (Tuanku, apa tidak ada pengampunan?). Kepala-kepala yang dipenggal itu ditancapkan di atas ujung bambu dan potongan-potongan tubuh ditempel pada batang bambu.
Pada 1684 rumah tinggal gubernur dan kepala perdagangan yang dibangun di dalam Benteng Nassau terkoyak, sehingga kemudian bangunan-bangunan tersebut dipindahkan ke luar benteng. Pamor benteng ini pun turun sesudah Benteng Belgica dibangun di satu bukit di atas Benteng Nassau.
Benteng Nassau ini juga dikenal sebagai “waterkasteel”. Bangunan utama berbentuk empat persegi, yang dilengkapi dengan empat bastion menghadap ke laut. Dua di antaranya masih bisa dilihat reruntuhannya; yaitu Bastion Admiraalspunt di Barat Daya dan Bastion Rotterdam di Tenggara. Kedua bastion ini menghadap ke laut. Sementara dua bastion yang menghadap ke daratan adalah Bastion Zeelandia (di kemudian hari diganti namanya menjadi Bastion Hoorn) serta bastion Delft. Dua bastion terakhir ini kini telah hancur.
Pada 1617 di bastion yang terletak di sisi kiri benteng, tergores tulisan dan angka “Anno 1617”. Di depan benteng ketika itu terdapat rumah tinggal gubernur dan sejumlah bangunan lainnya. Jumlah tentara yang menjaga benteng dan tinggal di sekitar benteng adalah 150 orang. Selain itu, banyak bangunan tambahan dibangun, terutama gudang tempat menyimpan hasil bumi, beras dan amunisi. Akan tetapi benteng itu sendiri kurang dipelihara atau dipugar.
Pada 1810, Benteng Belgica telah diduduki Inggris, dan akhirnya Benteng Nassau pun dapat ditaklukkan. Sejak saat itu benteng-benteng di Pulau Neira tidak lagi berfungsi sebagai bangunan pertahanan militer. Benteng ini sempat dipugar untuk digunakan sebagai gudang, tetapi kemudian kembali rusak. Pada 1824, ketika Gubernur Jenderal Belanda yang bernama Baron van der Capellen tiba di Banda, Benteng Nassau sudah tidak terpelihara, gedung-gedung di dalam benteng dan bagian-bagian dinding luarnya yang semula bagus, telah runtuh akibat serangan Inggris dan gempa bumi yang terdadi pada 1820.
Belanda berusaha memanfaatkan kembali Benteng Nassau. Pada 1860, Ketika Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud tiba di Banda, disebutkan bahwa sebagian narapidana dan orang-orang buangan ditempatkan dalam bangunan yang hampir runtuh di Benteng Nassau. Sementara menunggu penyelesaian pembuatan bangunan baru, karena bangunan lama telah hancur akibat gempa bumi.
Pada 1871, batu prasasti yang terdapat pada gerbang benteng dikirimkan ke Museum di Batavia.
Pada 1896–1902, selama paruh kedua abad XIX, benteng ini dikosongkan dan berfungsi sebagai tempat para pekerja paksa. Bata yang dahulu dipasang di lapangan dalam benteng, secara bertahap diambil dan dipergunakan untuk melapisi jalan-jalan di Banda. Selain itu, salah satu dari patung singa yang besar dipindahkan ke kelenteng Cina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar