Selasa, 14 April 2009

Perang seumur hidup

Jika mengingat begitu sengitnya pertempuran pada Perang Dunia II, tidak terbayangkan bagaimana ketakutan yang dirasakan semua manusia pada saat itu. Tidak terkecuali para serdadu yang harus mengadu nyawa di medan perang. Ada sedikit cerita dari mencekamnya perang ini hingga beberapa serdadu harus bertahan hidup menyelamatkan diri dari kejamnya perang. Mereka bersembunyi sampai berpuluh tahun, hingga tidak tahu bahwa perang yang keji ini sudah berakhir. Berikut ini ada kisah dari tiga serdadu Jepang yang bertahan hidup seorang diri di hutan untuk menyelamatkan diri dari perang. Mereka adalah Teruo Nakamura, Hiroo Onada, dan Shoichi Yokoi.

Teruo Nakamura
Teruo Nakamura adalah salah satu serdadu Jepang pada Perang Dunia II yang tidak menyerah sampai pada 1974. Dia sebenarnya berkebangsaan Taiwan, dengan nama Attun Palalin. Nakamura lahir pada 1919, dia masuk ke dalam unit sukarelawan Takasago, yang merupakan bagian dari Ankatan Perang Kerajaan Jepang pada November 1943. Dia di tempatkan di Pulau Morotai (sekarang masuk dalam provinsi Maluku Utara). Dalam pertempuran sengit di pulau itu, Nakamura dikabarkan tewas pada Maret 1945. Akan tetapi, sebenarnya Nakamura selamat dari perang yang sangat sengit itu. Dia berkelana di dalam hutan di pulau Morotai. Pada 1956 dia membangun gubuk kecil sebagai tempat berlindung.
Gubuk milik Nakamura tidak sengaja ditemukan oleh salah satu penerbang pada 1974. Kemudian, paa November 1974, Pemerintah Indonesia menghubungi kedutaan Jepang untuk membawa Nakamura kembali ke Jepang. Misi ini dilakukan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia pada 18 Desember 1974. Setelah berhasil dijemput oleh TNI, Nakamura diterbangkan ke Jakarta. Setelah dipulangkan ke Jepang pada 27 Desember 1974, Nakamura memutuskan untuk kembali ke Taiwan, dan meninggal lima tahun kemudian, yaitu pada 1979 akibat kanker paru yang dideritanya.
Satu hal yang menarik, saat dia berhasil ditemukan olah TNI, Nakamura tidak mengucapkan satu patah kata pun, baik dengan bahasa Jepang ataupun Taiwan. Kemungkinan hal ini akibat terlalu lama hidup dalam kesendirian selama 30 tahun. Nakamura tinggal di pulau Morotai dari 1944 hingga 1974. Sungguh luar biasa Nakamura.

Hiroo Onoda
Usianya kala itu masih 23 tahun. Hiroo Onoda termasuk di antara serdadu-serdadu Jepang yang diterjunkan ke Pulau Lubang, pulau kecil di barat Filipina. Menjelang keberangkatan, sang komandan menegaskan kepada mereka: "Kalian dilarang menyerah pada kematian. Entah tiga tahun atau lima tahun, kami akan kembali untuk menjemput kalian. Bertempurlah hingga saat itu dan bahkan jika pasukanmu hanya tinggal satu orang. Jika di sana hanya ada kelapa, hiduplah hanya dengan kelapa. Tidak ada alasan untuk menyerah atau mengakhiri hidup!" Onoda memegang teguh janji sang komandan, hingga 29 tahun kemudian.
Beberapa bulan kemudian, tentara sekutu menyerang pulau tersebut. Onoda dan teman-temannya terpukul mundur. Mereka tercerai-berai dan melarikan diri ke dalam hutan. Di hutan itulah mereka hidup seadanya. Kadang-kadang mereka turun ke desa untuk mencuri makanan.
Pada Agustus 1945, Onoda dan kawan-kawan menerima pesan dari penduduk desa bahwa perang telah usai. Berulang kali pesawat Amerika menabur selebaran yang memerintahkan para serdadu Jepang keluar dari persembunyian mereka karena perang telah usai.
Onoda dan kawan-kawannya tidak mau percaya begitu saja. Mereka menduga itu hanyalah taktik licik Amerika untuk memaksa mereka keluar.
Satu per satu rekan Onoda akhirnya menyerah atau meninggal. Bahkan pada tahun 1953, mereka tinggal tersisa dua orang, Onoda dan Kozuka. Keduanya bertahan hidup bertahun-tahun di pulau tersebut, menolak untuk menyerah. Hingga akhirnya pada Oktober 1972, sembilan belas tahun kemudian, Kozuka tewas ditembak polisi Filipina ketika sedang mencuri makanan.
Berita tewasnya Kozuka disampaikan ke Jepang. Pemerintah Jepang pun menduga bahwa masih ada beberapa serdadu Jepang yang bersembunyi di pulau tersebut. Tim pencari pun dikerahkan namun mereka tidak berhasil menemukan Onoda.
Seorang mahasiswa Jepang bernama Norio Suzuki terobsesi dengan cerita tersebut. Maka pada 1974 dia pun memutuskan seorang diri berangkat ke Pulau Lubang untuk mencari serdadu Jepang yang tersisa.
Suzuki berhasil bertemu dengan Onoda dan membujuknya pulang ke Jepang. Namun Onoda terus menolak. Dengan alasan dia hanya mau menyerah apabila diperintahkan oleh sang komandan.
Dua minggu kemudian Suzuki kembali ke Pulau Lubang bersama Mayor Taniguchi, salah seorang perwira tinggi Jepang pada Perang Dunia II. Pada waktu itu, Mayor Taniguchi sudah alih profesi menjadi seorang pedagang buku. Lewat pengeras suara, Taniguchi menyerukan kepada Onoda untuk segera menyerah karena Jepang sudah kalah perang. Dengan berpakaian lengkap, Onoda mengakhiri pertempuran selama hampir 30 tahun.
Onoda kembali ke Jepang namun dia terkejut melihat kemajuan Jepang. Terlalu banyak yang berubah. Dia tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan di negaranya hingga akhirnya dia pun memutuskan pindah ke Brazil untuk mengurus sebuah peternakan kuda.

Shoichi Yokoi
Shoichi Yokoi adalah seorang tentara Jepang yang bertahan di hutan di pulau Guam selama 28 tahun. Ia menjadi tentara Kekaisaran Jepang pada 1941. Kemudian ia dikirim ke Pulau Guam. Jepang menyebut pulau ini dengan Omiya Jima. Yokoi tinggal dalam sebuah lubang dalam tanah yang ditutupi dengan pintu yang terbuat dari bamboo. Yokoi tinggal di luang itu sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga 24 Januari 1972. Dia ditemukan olah penduduk desa yang sedang berburu di dekat sungai Talofofo.
Shoici Yokoi ditugaskan di gunung Fena, yang di bawahnya terdapat sungai Talofofo, saat tentara Amerika mendarat pada 21 Juli. Dalam bertahan hidup Yokoi membuat pakaian dari serat dan tumbuhan dan kulit kayu, serta memakan buah-buahan seperti kelapa dan papaya, sedangkan protein ia dapatkan dari bekicot, katak dan tikus.
Saat ia kembali ke Jepang, ia mengatakan "Rasanya malu sekali saya kembali dalam keadaan hidup". Shoici Yokoi kembali dengan membawa senjatanya yang sudah berkarat. Shoichi Yokoi meninggal pada Senin jam 5.07, 22 September 1997 karena kelainan jantung di JR Tokai Generel Hospital di Nagoya, Jepang dalam usia 82 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar